. 1. Sejarah Perkembangan
Analisis transaksional awalnya dikembangkan oleh almarhum Eric Berne (1961), yang dilatih sebagai
psikoanalis Freud dan psikiater. Analisis Transaksional berevolusi dari Berne
ketidakpuasan dengan lambatnya psikoanalisis dalam menyembuhkan orang-orang
dari masalah mereka. Berne keberatan utama psikoanalisis adalah bahwa memakan
waktu yang lama, kompleks, dan kurang dikomunikasikan kepada klien.
Secara historis, Analisis
Transaksional dikembangkan sebagai perpanjangan psikoanalisis dengan konsep dan
teknik khusus dirancang untuk kelompok perlakuan. Berne menemukan bahwa dengan
menggunakan Analisis Transaksioanal kepada kliennya dapat membuat perubahan
signifikan dalam kehidupan kliennya. Sebagai teori kepribadian berevolusi,
Berne berpisah dengan psikoanalisis untuk mengabdikan diri penuh waktu untuk
teori dan praktek Analisis Transaksional (Dusay, 1986).
B.
Konsep
Dasar
1.
Status Ego
menurut eric
berne bahwa sumber-sumber tingkah laku, sikap perasaan, sebagaimana individu
melihat kenyataan, mengolah informasi dan melihat dunia diluar dirinya disebut
status ego.
Istilah
status ego yang digunakan oleh eric berne berbeda dengan istilah yang
dikemukakan oleh freud (id,ego,super ego) karena bukan merupakan construct,
akan tetapi status ego disini dapat diamati dan merupakan suatu kenyataan
fenomenologis, yang dapat diamati dengan indera (Harris, 1987,Gilliard, et
al,1994).
Landasan
pemikiran Berne(1961) dan Prawitasari (1987) tentang status ego berdasar pada
tiga hipotesis yang berlaku pada setiap individu.
1.
Bahwa setiap perkembangan menuju
pada kedewasaan, melalui masa kanak-kanak.
2.
Bahwa setiap manusia mempunyai
jaringan otak yang baik dan sanggup melakukan testing terhadap realita secara
baik.
3.
Bahwa setiap individu yang berjuang
untuk menuju ke dewasa telah mempunyai orang tua yang berfungsi atau seorang
yang dianggap sebagai orang tuanya.
Didalam
individu mengadakan interaksi dengan orang lain biasanya didasari oleh ketiga
status ego tersebut. Ketiga status tersebut adalah status ego anak, dewasa, dan
orang tua. Tingkatan ini timbul karena adanya pemutaran data kejadian pada
waktu yang lalu dan direkam, yang meliputi orang, waktu, keputusan, perasaan
yang sungguh nyata (Harris, 1987).
v Status Ego
Anak
ego anak
dapat dilihat dalam dua bentuk yaitu sebagai seorang anak yang menyesuaikan dan
anak yang wajar. Anak yang menyesuaikan diujudkan dengan tingkah laku yang
dipengaruhi oleh orang tuanya. Hal ini dapat menyebabkan anak bertindaak sesuai
dengan keinginan orang tuanya seperti penurut, sopan, dan patuh, sebagai
akibatnya anak akan menarik diri, takut, manja, dan kemungkinan mengalami
konflik. Anak yang wajar akan terlihat dalam tingkah lakunya seperti lucu,
tergantung, menuntut, egois, agresi, kritis, spontan, tidak mau kalah dan
pemberontak.di dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat jika terjadi suatu
interaksi antara dua individu.
Misalnya
seorang teman menanyakan kenapa kamu kemarin kemu tidak masuk kantor, maka
reaksi yang ditanya muncul perasaan kesal (kok usil amat), atau muncul perasaan
takut dan kemudian memberikan jawaban agar dikasihani. Respon ini mewujudkan
status ego anak yang menyesuaikan sebagaimana respon yang diberikan jika
mendapat teguran dari orang tuanya.
v Status Ego
Dewasa
Status ego
dewasa dapat dilihat dari tingkah laku yang bertanggung jawab, tindakan yang
rasional dan mandiri. Sifat dari status ego dewasa adalah obyektif, penuh
perhitungan dan menggunakan akal.
Didalam
kehidupan sehari-hari interaksi dengan menggunakan status ego dewasa.
Misalnya
seorang dosen sedang memeriksa analisis data dari skripsi mahasiswanya
dosen mengatakan kenapa anda memilih saya sebagai pembimbingnya, maka
mahasiswa menjawab ya pak, karena sepengetahuan saya, bapak ahlinya dan sangat
menguasai mengenai permasalahan dalam skripsi saya.
v Status Ego
Orangtua
status ego
orang tua merupakan suatu kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang
mirip dengan bagaimana orang tua individu merasa dan bertingkah laku terhadap
dirinya.
Ada dua
bentuk sikap orang tua, yang pertama adalah orang tua yang selalu
mengkritik-merugikan, dan yang kedua adalah orang tua yang sayang.
Misalnya
sikap orang tua yang mengkritik merugikan seperti “ kamu sih terlalu malas,
memang kamu bodoh sih, kamu anak bapak yang paling bandel”.Status ego orang tua
yang sayang seperti memberikan dorongan, memberi semangat,menerima, memberikan
rasa aman.
2.
Rangsangan
Dalam teori
analisis transaksional sebuah rangsangan sosial merupakan
bagian dari suatu perhatian yang melengkapi stimulasi yang optimal kepada individu.
Rangsangan sosial ini merupakan kebutuhan dalam setiap interaksi sosial
dan menyehatkan.
Teori
Analisis Transaksional menekankan bahwa manusia memiliki kebutuhan untuk
mengadakan hubungan yang bisa dicapai dalam bentuknya yang terbaik melalui
keakraban. Hubungan yang akrab
berlandaskan penerimaan posisi saya OK kamu OK di kedua belah pihak.
3.
Permainan
Menurut
Harris (dalam correy, 1982) bahwa permainan (games) merupakan aspek yang
penting dalam mengetahui transaksi yang sebenarnya dengan orang lain.di dalam
hal ini perlu diobservasi dan diketahui bgaimana permainan dimainkan dan
belaian apa yang diterima, bagaiman keadaan permainan itu, apakah ada jarak dan
apa diiringi dengan keakraban.
Analisis
Transaksional memandang permainan-permainan sebagai penukaran belaian-belaian
yg mengakibatkan berlarutnya-larutnya perasaan-perasaan tidak enak.
Permainan-permainan boleh jadi memperlihatkan keakraban. Akan tetapi, orang-orang
yang terlibat dalam transaksi-transaksi memainkan permainan menciptakan jarak
di antara mereka sendiri dengan mengimpersonalkan pasangannya. Transaksi itu
setidaknya melibatkan dua orang yang memainkan permainan. Transaksi permainan
akan batal jika salah seorang menjadi sadar bahwa dirinya berada dalam
permainan dan kemudian memutusakan untuk tidak lagi memainkannya.
4.
Posisi Hidup
Suatu
keputusan yang dibuat dalam rangka merespon bagaimana reaksi figur orang tua
terhadap reaksi awal anak perasaan dan kebutuhannya serta merupakan komponen
dasar dari naskah hidup dari individu. Ada 4dasar posisi hidup:
ü
I’m Ok
–You’re Ok
Individu
mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan percaya orang lain.
ü
I’m Ok-
You’re not Ok
Individu
membutuhkan orang lain akan tetapi tidak ada yang dianggap cocok, individu
merasa memnpunyai hak untuk mempergunakan orang lain untuk mencapai tujuannya.
ü
I’m Not Ok-
You’re Ok
Individu
merasa tidak terpenuhi kebutuhanya dan merasa bersalah.
ü
I’m Not
Ok-You’re Not Ok
Individu merasa dirinya tidak baik dan orang lain pun
juga tidak baik, karena tidak ada sumber belaian yang positif.
Analisis lifescript individu didasarkan pada drama-nya
keluarga asli. Sebagai hasil mengeksplorasi apa yang mereka pelajari
berdasarkan lifescript mereka, klien belajar tentang perintah-perintah mereka
diterima secara tidak kritis sebagai anak-anak, keputusan mereka dibuat sebagai
tanggapan terhadap pesan ini, dan permainan dan raket sekarang mereka terapkan
untuk menjaga keputusan awal ini hidup. Dengan menjadi bagian dari proses
penemuan diri, klien meningkatkan kesempatan untuk datang ke pemahaman yang
lebih dalam belum selesai mereka sendiri bisnis psikologis, dan di samping itu,
mereka memperoleh kemampuan untuk mengambil beberapa langkah-langkah awal untuk
keluar dari pola-pola merugikan diri sendiri.
5.
Batas Status
Ego
setiap
individu mempunyai ketiga ego tersebut( anak,dewasa, orang tua) bersifat
permiabel, sehinggan dimungkinkan terhambatnya aliran dari status ego yang satu
ke ego yang lain dalam menaggapi rangsang dari luar.akan tetapi ada batas
antara dinding status ego tersebut sangat kuat, sehingga individu tidak mampu
melakukan perpindahan ke status ego yang lain.
6.
Analisis
transaksional
Ada tiga bentuk transaksi yang terjadi antara dua
individu, yaitu:
1.
transaksi komplementer, transaksi
ini terjadi jika antara stimulus dan respon cocok, tepat dan memang yang
diharapkan, sehingga berjalan lancar;
2.
transaksi silang, transaksi ini
terjadi jika stimulus dan respon tidak cocok dan biasanya komunikasi ini akan
terganggu;
3.
transaksi terselubung. Transaksi ini
terjadi jika antara status ego beroperasi bersama-sama.
C.
Tujuan
-
Untuk mengkaji secara
mendalam proses transaksi ( siapa-siapa yang terlibat didalamnya dan pesan apa
yang dipertukarkan)
-
Otonomi,yang didevinisikan
sebagai kesadaran spontalitas dan kapasitas untuk keintiman dalam mencapai
otonomi orang yang mempunyai kapasitas untuk membuat keputusan baru (rederde)
dan memperdayakan diri sendiri dan mengubah arah hidup mereka.
-
Membantu klien dalam
membuat keputusan-keputusan baru yang
menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya.
D.
Peran
1. Konselor
berperan sebagai narasumber informasi
2. Sebagai
guru, konselor menerangkan konsep-konsep seperti analisis truktural,analisis
transaksional,analisis scenario,dan analisis permainan.
3. Sebagai
pelatih, konselor mendorong dan mengajari agar klien mempercayai ego dewasannya
sendiri.
4. Membantu
klien dalan hal menemukan kondisi masa lalu yang tidak menguntungkan.
5. Menolong
klien mendapatkan perangkap ynag diperlukanuntuk mendapatkan perubahan.
6. Tugas kunci konselor adalah
menolong klien untuk menemukan kekuatan internal guna mengambil keputusan yang
cocok.
E.
Proses
Konseling
Proses konseling dibagi dalam
lima tahap sebagai berikut :
1.
Tahap Analisis
Tahap kegiatan yang terdiri pengumpulan informasi dan
data mengenai klien.
2.
Tahap Sintesis
Langkah merangkum dan mengatur data dari hasil analisis
yang sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat, kekuatan, kelemahan dan
kemampuan penyesuaian diri klien.
3.
Tahap
Diagnosis
Sebenarnya merupakan langkah pertama dalam bimbingan dan
hendaknya dapat menemukan ketetapan yang dapat mengarah kepada permasalahan,
sebab-sebabnya, sifat-sifat klien yang relevan dan berpengruh pada penyesuaian
diri.
Diagnosis
meliputi :
a.
Identifikasi masalah yang sifatnya deskriptif misalnya dengan menggunakan kategori Bordin dan
Pepinsky.
Ø Kategori diagnosis Bordin
-
dependence
(ketergantungan)
-
lack of information
(kurangnya informasi)
-
self conflict
(konflik diri)
-
choice anxiety
(kecemasan dalam membuat pilihan)
Ø Kategori diagnosis Pepinsky
-
lack of assurance
(kurang dukungan)
-
lack of information
(kurang informasi)
-
dependence
(ketergantungan)
-
self conflict
(konlflik diri)
b.
Menentukan sebab-sebab, mencakup perhatian hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan
yang dapat menerangkan sebab-sebab gejala. Konselor menggunakan intuisinya yang
dicek oleh logika, oleh reaksi klien, oleh uji coba dari program kerja berdasarkan
diagnosa sementara.
c.
Prognosis
yang sebenarnya terkandung didalam diagnosis misalnya diagnosisnya kurang
cerdas pronosisnya menjadi kurang cerdas untuk pekerjaan sekolah yang sulit
sehingga mungkin sekali gagal kalau ingin belajar menjadi dokter. Kalau klien
belum sanggup berbuat demikian, maka Konselor bertanggung jawab dan membantu
klien untuk mencapai tingkat pengambilan tanggung jawab. Untuk dirinya sendiri,
yang berarti dia mampu dan mengerti secara logis, tetapi secara emosional belum
mau menerima.
4.
Tahap
Konseling
Merupakan hubungan membantu klien untuk menemukan sumber
diri sendiri maupun sumber diluar dirinya, baik dilembaga, sekolah dan
masyarakat dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian optimal, sesuai
dengan kemampuannya. Dalam kaitan ini ada lima jenis konseling adalah :
a.
belajar terpimpin
menuju pengertian diri
b.
mendidik kembali
atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu sebagai alat untuk
mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
c.
Bantuan pribadi dan
Konselor, agar klien mengerti dan trampil dalam menggunakan prinsip dan teknik
yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
d.
Mencakup hubungan
dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif.
e.
Mendidik kembali
yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran
5.
Tahap Tindak
Lanjut
Mencakup bantuan kepada klien dalam menghadapi maslaah
baru dengan mengingatkannya kepada masalah sumbernya sehingga menjamin
keberhasilan konsleing. Teknik yang digunakan harus disesuaikan dengan
individualitas klien.
F.
Teknik
Konseling
1.
Pengunaan
hungan intim (Rapport),
Konselor
harus menerima konseli dalam hubungan yang hangat, intim, bersifat pribadi,
penuh pemahaman dan terhindar dari hal-hal yang mengancam konseli.
2.
Memperbaiki
pemahaman diri,
konseli
harus memahami kekuatan dan kelemahan dirinya, dan dibantu untuk menggunakan
kekuatannya dalam upaya mengatasi kelemahannya. Penafsiran data dan diagnosis
dilakukan bersama-sama dengan klien dan Konselor menunjukkan profil tes secara
arif.
3.
Pemberian
nasehat dan perencanaan program kegiatan.
Konselor
mulai dari pilihan, tujuan, pandangan atau sikap Konselor dan kemudian
menunjukkan data yang mendukung atau tidak mendukung dari hasil diagnosis.
Penjelasan mengenai pemberian nasehat harus dipahami klien.
Tiga metode
pemberian nasehat yang dapat digunakan oleh Konselor :
a. Nasehat
langsung (direct advising), dimana Konselor secara terbuka dan jelas menyatakan
pendapatnya.
b. Metode
persuasif, dengna menunjukan pilihan yang pasti secara jelas.
c. Metode
penjelasan, yang merupakan metode ynag paling dikehendaki dan memuaskan.
Konselor secara hati-hati dan perlahan-lahan menjelaskan data diagnostic dan
menunjukan kemungkinan situasi yang menuntut penggunaan potensi konseli.
d. Melaksanakan
rencana, yaitu Konselor memberikan bantuan dalam menetapkan pilihan atau
keputusan secara implementasinya.
e. menunjukkan
kepada petugas lain (alih tangan) bila dirasa Konselor tidak dapat mengatasi
masalah klien.
G.
Asumsi Bermasalah
Individu yang tidak sehat atau bermasalah ditunjukkan pada tingkah lakunya
dengan:
1. Konsep diri negatif
2. Hubungan dengan orang lain negatif
3. Posisi dasar hidupnya I am OK you are not OK, atau I am not OK you
are OK dan I am not OK you are not OK.
4. Kontaminasi atau eksklusi
-
Kontaminasi merupakan pengaruh
yang kuat dari salah satu sikap atau lebih terhadap seseorang sehingga orang
itu “berkurang” keseimbangannya.
-
Selain eklusi ada satu masalah
fungsional yang sering dialami individu yakni kontaminasi yaitu dimana
bercampurnya status ego yang satu dengan yang lainnya sehingga mengalami
pencemaran
5.
Menolak konsep adanya
sakit mental pada setiap manusia.Perilaku bermasalah hakekatnya terbentuk
karena adanya rasa tidak bertanggung jawab terhadap keputusannya.
Contohnya:
Seorang yang
tidak mampu menempatkan posisisnya dalam lingkungan masyarakat. Seperti seorang
kakek yang sudah tua-tua keladi, yang mempunyai hasrat seperti para remaja,
atau juga sering menggoda cewek-cewek yang cantik. Tanpa menyadari usianya yang
sudah rentang tua, sedangkan dirinya mempunyai tanggung jawab lain. Yaitu
menafkahi keluarganya dsb. Dan dia cenderung berperilaku selayaknya berkelakuan
kenakalan remaja.
H.
Kelebihan
Dan Keterbatasan
ü Kelebihan
-
Terminologi yang sangat
sederhana dapat dipelajari dengan mudah di terapkan dengan segera dengan
perilaku yang kompleks.
-
Mendorong klien dalam
hubungan di luar ruang utuk mengubah perilaku yang salah.
-
perilaku klien ‘’
disini dan sekarang’’ merupakan cara untuk membawa perbaikan klien.
-
penekanan pada masa
kini dan lingkungan social. Menantang konseli untuk lebih
sadar akan keputusan awal mereka.
-
Memberikan sumbangan pada
konseling multikultural karena konseling diawali dengan larangan mengaitkan permasalahan
pribadi dengan permasalahan keluarga dan larangan mementingkan diri sendiri.
-
Integrasi antara konsep dan
praktek analisis transaksional dengan konsep tertentu dari terapi gestalt amat
berguna karena konselor bebas menggunakan prosedur dari pendekatan lain.
ü Keterbatasan
-
Terlalu meminimalkan
pada masa lampau/masa kanak-kanak.
-
Banyak Terminologi atau istilah
yang digunakan dalam analisis transaksional cukup membingungkan.
-
Penekanan Analisis Transaksional
pada struktur merupakan aspek yang meresahkan.
-
Konsep serta prosedurnya
dipandang dari perspektif behavioral, tidak dapat di uji keilmiahannya.
-
Konseli bisa mengenali semua
benda tetapi mungkin tidak merasakan dan menghayati aspek diri mereka sendiri.
I.
Contoh
Penerapan
1. Teknik-teknik pendekatan ini bisa diterapkan pada hubungan orang tua-anak,
belajar dikelas, pada konseling dan terapi individual serta kelompok dan pada
konseling perkawinan.
2. Dalam kegiatan kelompok orang- orang bisa dialami dalam suatu lingkungan
yang alamiah, yang ditandai keterlibatan dengan orang-orang lain. Interaksi
dengan kelompok lain memberikan mereka kesempatan yang amat luas untuk
mempraktekan tugas dan memenuhi kontrak.
3. Memecahkan suatu permasalahan melalui kegiatan kelompok akan membawa para
anggota menghayati suatu titik dimana mereka membuat keputusan lebih awal yang
beberapa diantaranya sudah tidak fungsional lagi dan mereka akan membuat
keputusan baru yang sesuai. Sumbangan utamanya adalah perhatiaanya
transaksi-transaksi berkenaan dengan fungsi perwakilan-perwakilan ego.(Menurut
Gerald Corey, 1982: 394)
Piye tole kabare,??...
BalasHapussampun bisa gawe Blog,??..._
pnjng bngt tp brmanfaat
BalasHapusSipp isinya bagus
BalasHapus