Kamis, 16 Mei 2013

Konseling Analisis Transaksional


.                1. Sejarah Perkembangan
Analisis transaksional awalnya dikembangkan oleh almarhum Eric Berne (1961), yang dilatih sebagai psikoanalis Freud dan psikiater. Analisis Transaksional berevolusi dari Berne ketidakpuasan dengan lambatnya psikoanalisis dalam menyembuhkan orang-orang dari masalah mereka. Berne keberatan utama psikoanalisis adalah bahwa memakan waktu yang lama, kompleks, dan kurang dikomunikasikan kepada klien.
            Secara historis, Analisis Transaksional dikembangkan sebagai perpanjangan psikoanalisis dengan konsep dan teknik khusus dirancang untuk kelompok perlakuan. Berne menemukan bahwa dengan menggunakan Analisis Transaksioanal kepada kliennya dapat membuat perubahan signifikan dalam kehidupan kliennya. Sebagai teori kepribadian berevolusi, Berne berpisah dengan psikoanalisis untuk mengabdikan diri penuh waktu untuk teori dan praktek Analisis Transaksional (Dusay, 1986).
B.     Konsep Dasar
1.      Status Ego
menurut eric berne bahwa sumber-sumber tingkah laku, sikap perasaan, sebagaimana individu melihat kenyataan, mengolah informasi dan melihat dunia diluar dirinya disebut status ego.
Istilah status ego yang digunakan oleh eric berne berbeda dengan istilah yang dikemukakan oleh freud (id,ego,super ego) karena bukan merupakan construct, akan tetapi status ego disini dapat diamati dan merupakan suatu kenyataan fenomenologis, yang dapat diamati dengan indera (Harris, 1987,Gilliard, et al,1994).
Landasan pemikiran Berne(1961) dan Prawitasari (1987) tentang status ego berdasar pada tiga hipotesis yang berlaku pada setiap individu.
1.      Bahwa setiap perkembangan menuju pada kedewasaan, melalui masa kanak-kanak.
2.      Bahwa setiap manusia mempunyai jaringan otak yang baik dan sanggup melakukan testing terhadap realita secara baik.
3.      Bahwa setiap individu yang berjuang untuk menuju ke dewasa telah mempunyai orang tua yang berfungsi atau seorang yang dianggap sebagai orang tuanya.
Didalam individu mengadakan interaksi dengan orang lain biasanya didasari oleh ketiga status ego tersebut. Ketiga status tersebut adalah status ego anak, dewasa, dan orang tua. Tingkatan ini timbul karena adanya pemutaran data kejadian pada waktu yang lalu dan direkam, yang meliputi orang, waktu, keputusan, perasaan yang sungguh nyata (Harris, 1987).
v  Status Ego Anak
ego anak dapat dilihat dalam dua bentuk yaitu sebagai seorang anak yang menyesuaikan dan anak yang wajar. Anak yang menyesuaikan diujudkan dengan tingkah laku yang dipengaruhi oleh orang tuanya. Hal ini dapat menyebabkan anak bertindaak sesuai dengan keinginan orang tuanya seperti penurut, sopan, dan patuh, sebagai akibatnya anak akan menarik diri, takut, manja, dan kemungkinan mengalami konflik. Anak yang wajar akan terlihat dalam tingkah lakunya seperti lucu, tergantung, menuntut, egois, agresi, kritis, spontan, tidak mau kalah dan pemberontak.di dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat jika terjadi suatu interaksi antara dua individu.
Misalnya seorang teman menanyakan kenapa kamu kemarin kemu tidak masuk kantor, maka reaksi yang ditanya muncul perasaan kesal (kok usil amat), atau muncul perasaan takut dan kemudian memberikan jawaban agar dikasihani. Respon ini mewujudkan status ego anak yang menyesuaikan sebagaimana respon yang diberikan jika mendapat teguran dari orang tuanya.

v  Status Ego Dewasa
Status ego dewasa dapat dilihat dari tingkah laku yang bertanggung jawab, tindakan yang rasional dan mandiri. Sifat dari status ego dewasa adalah obyektif, penuh perhitungan dan menggunakan akal.
Didalam kehidupan sehari-hari interaksi dengan menggunakan status ego dewasa.
Misalnya seorang dosen sedang  memeriksa analisis data dari skripsi mahasiswanya dosen  mengatakan kenapa anda memilih saya sebagai pembimbingnya, maka mahasiswa menjawab ya pak, karena sepengetahuan saya, bapak ahlinya dan sangat menguasai mengenai permasalahan dalam skripsi saya.
v  Status Ego Orangtua
status ego orang tua merupakan suatu kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang mirip dengan bagaimana orang tua individu merasa dan bertingkah laku terhadap dirinya.
Ada dua bentuk sikap orang tua, yang pertama adalah orang tua yang selalu mengkritik-merugikan, dan yang kedua adalah orang tua yang sayang.
Misalnya sikap orang tua yang mengkritik merugikan seperti “ kamu sih terlalu malas, memang kamu bodoh sih, kamu anak bapak yang paling bandel”.Status ego orang tua yang sayang seperti memberikan dorongan, memberi semangat,menerima, memberikan rasa aman.
2.      Rangsangan
Dalam teori analisis transaksional sebuah rangsangan sosial merupakan bagian dari suatu perhatian yang melengkapi stimulasi yang optimal kepada individu. Rangsangan sosial ini merupakan kebutuhan dalam setiap interaksi sosial dan menyehatkan.
Teori Analisis Transaksional menekankan bahwa manusia memiliki kebutuhan untuk mengadakan hubungan yang bisa dicapai dalam bentuknya yang terbaik melalui keakraban. Hubungan yang akrab berlandaskan penerimaan posisi saya OK kamu OK di kedua belah pihak.
3.      Permainan
Menurut Harris (dalam correy, 1982) bahwa permainan (games) merupakan aspek yang penting dalam mengetahui transaksi yang sebenarnya dengan orang lain.di dalam hal ini perlu diobservasi dan diketahui bgaimana permainan dimainkan dan belaian apa yang diterima, bagaiman keadaan permainan itu, apakah ada jarak dan apa diiringi dengan keakraban.
Analisis Transaksional memandang permainan-permainan sebagai penukaran belaian-belaian yg mengakibatkan berlarutnya-larutnya perasaan-perasaan tidak enak. Permainan-permainan boleh jadi memperlihatkan keakraban. Akan tetapi, orang-orang yang terlibat dalam transaksi-transaksi memainkan permainan menciptakan jarak di antara mereka sendiri dengan mengimpersonalkan pasangannya. Transaksi itu setidaknya melibatkan dua orang yang memainkan permainan. Transaksi permainan akan batal jika salah seorang menjadi sadar bahwa dirinya berada dalam permainan dan kemudian memutusakan untuk tidak lagi memainkannya.
4.      Posisi Hidup
Suatu keputusan yang dibuat dalam rangka merespon bagaimana reaksi figur orang tua terhadap reaksi awal anak perasaan dan kebutuhannya serta merupakan komponen dasar dari naskah hidup dari individu. Ada 4dasar posisi hidup:
ü  I’m Ok –You’re Ok
Individu mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan percaya orang lain.
ü  I’m Ok- You’re not Ok
Individu membutuhkan orang lain akan tetapi tidak ada yang dianggap cocok, individu merasa memnpunyai hak untuk mempergunakan orang lain untuk mencapai tujuannya.
ü  I’m Not Ok- You’re Ok
Individu merasa tidak terpenuhi kebutuhanya dan merasa bersalah.
ü  I’m Not Ok-You’re Not Ok
Individu merasa dirinya tidak baik dan orang lain pun juga tidak baik, karena tidak ada sumber belaian yang positif.

Analisis lifescript individu didasarkan pada drama-nya keluarga asli. Sebagai hasil mengeksplorasi apa yang mereka pelajari berdasarkan lifescript mereka, klien belajar tentang perintah-perintah mereka diterima secara tidak kritis sebagai anak-anak, keputusan mereka dibuat sebagai tanggapan terhadap pesan ini, dan permainan dan raket sekarang mereka terapkan untuk menjaga keputusan awal ini hidup. Dengan menjadi bagian dari proses penemuan diri, klien meningkatkan kesempatan untuk datang ke pemahaman yang lebih dalam belum selesai mereka sendiri bisnis psikologis, dan di samping itu, mereka memperoleh kemampuan untuk mengambil beberapa langkah-langkah awal untuk keluar dari pola-pola merugikan diri sendiri.
5.      Batas Status Ego
setiap individu mempunyai ketiga ego tersebut( anak,dewasa, orang tua) bersifat permiabel, sehinggan dimungkinkan terhambatnya aliran dari status ego yang satu ke ego yang lain dalam menaggapi rangsang dari luar.akan tetapi ada batas antara dinding status ego tersebut sangat kuat, sehingga individu tidak mampu melakukan perpindahan ke status ego yang lain.
6.      Analisis transaksional
Ada tiga bentuk transaksi yang terjadi antara dua individu, yaitu:
1.      transaksi komplementer, transaksi ini terjadi jika antara stimulus dan respon cocok, tepat dan memang yang diharapkan, sehingga berjalan lancar;
2.      transaksi silang, transaksi ini terjadi jika stimulus dan respon tidak cocok dan biasanya komunikasi ini akan terganggu;
3.      transaksi terselubung. Transaksi ini terjadi jika antara status ego beroperasi bersama-sama.

C.    Tujuan

                        -            Untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi ( siapa-siapa yang terlibat didalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan)
                        -            Otonomi,yang didevinisikan sebagai kesadaran spontalitas dan kapasitas untuk keintiman dalam mencapai otonomi orang yang mempunyai kapasitas untuk membuat keputusan baru (rederde) dan memperdayakan diri sendiri dan mengubah arah hidup mereka.
                        -            Membantu klien dalam membuat keputusan-keputusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya.

D.    Peran

1.      Konselor berperan sebagai narasumber informasi
2.      Sebagai guru, konselor menerangkan konsep-konsep seperti analisis truktural,analisis transaksional,analisis scenario,dan analisis permainan.
3.      Sebagai pelatih, konselor mendorong dan mengajari agar klien mempercayai ego dewasannya sendiri.
4.      Membantu klien dalan hal menemukan kondisi masa lalu yang tidak menguntungkan.
5.      Menolong klien mendapatkan perangkap ynag diperlukanuntuk mendapatkan perubahan.
6.      Tugas kunci konselor adalah menolong klien untuk menemukan kekuatan internal guna mengambil keputusan yang cocok.

E.     Proses Konseling

Proses konseling dibagi dalam lima tahap sebagai berikut :
1.      Tahap Analisis
Tahap kegiatan yang terdiri pengumpulan informasi dan data mengenai klien.
2.      Tahap Sintesis
Langkah merangkum dan mengatur data dari hasil analisis yang sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat, kekuatan, kelemahan dan kemampuan penyesuaian diri klien.
3.      Tahap Diagnosis
Sebenarnya merupakan langkah pertama dalam bimbingan dan hendaknya dapat menemukan ketetapan yang dapat mengarah kepada permasalahan, sebab-sebabnya, sifat-sifat klien yang relevan dan berpengruh pada penyesuaian diri.
Diagnosis meliputi :
a.      Identifikasi masalah yang sifatnya deskriptif misalnya dengan menggunakan kategori Bordin dan Pepinsky.
Ø  Kategori diagnosis Bordin
                                                                                                          -            dependence (ketergantungan)
                                                                                                          -            lack of information (kurangnya informasi)
                                                                                                          -            self conflict (konflik diri)
                                                                                                          -            choice anxiety (kecemasan dalam membuat pilihan)
Ø  Kategori diagnosis Pepinsky
                                                                                                          -            lack of assurance (kurang dukungan)
                                                                                                          -            lack of information (kurang informasi)
                                                                                                          -            dependence (ketergantungan)
                                                                                                          -            self conflict (konlflik diri)
b.      Menentukan sebab-sebab, mencakup perhatian hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan yang dapat menerangkan sebab-sebab gejala. Konselor menggunakan intuisinya yang dicek oleh logika, oleh reaksi klien, oleh uji coba dari program kerja berdasarkan diagnosa sementara.
c.       Prognosis yang sebenarnya terkandung didalam diagnosis misalnya diagnosisnya kurang cerdas pronosisnya menjadi kurang cerdas untuk pekerjaan sekolah yang sulit sehingga mungkin sekali gagal kalau ingin belajar menjadi dokter. Kalau klien belum sanggup berbuat demikian, maka Konselor bertanggung jawab dan membantu klien untuk mencapai tingkat pengambilan tanggung jawab. Untuk dirinya sendiri, yang berarti dia mampu dan mengerti secara logis, tetapi secara emosional belum mau menerima.
4.      Tahap Konseling
Merupakan hubungan membantu klien untuk menemukan sumber diri sendiri maupun sumber diluar dirinya, baik dilembaga, sekolah dan masyarakat dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian optimal, sesuai dengan kemampuannya. Dalam kaitan ini ada lima jenis konseling adalah :
a.      belajar terpimpin menuju pengertian diri
b.      mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu sebagai alat untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
c.       Bantuan pribadi dan Konselor, agar klien mengerti dan trampil dalam menggunakan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif.
e.      Mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran
5.      Tahap Tindak Lanjut
Mencakup bantuan kepada klien dalam menghadapi maslaah baru dengan mengingatkannya kepada masalah sumbernya sehingga menjamin keberhasilan konsleing. Teknik yang digunakan harus disesuaikan dengan individualitas klien.

F.     Teknik Konseling

1.      Pengunaan hungan intim (Rapport),
Konselor harus menerima konseli dalam hubungan yang hangat, intim, bersifat pribadi, penuh pemahaman dan terhindar dari hal-hal yang mengancam konseli.
2.      Memperbaiki pemahaman diri,
konseli harus memahami kekuatan dan kelemahan dirinya, dan dibantu untuk menggunakan kekuatannya dalam upaya mengatasi kelemahannya. Penafsiran data dan diagnosis dilakukan bersama-sama dengan klien dan Konselor menunjukkan profil tes secara arif.
3.      Pemberian nasehat dan perencanaan program kegiatan.
Konselor mulai dari pilihan, tujuan, pandangan atau sikap Konselor dan kemudian menunjukkan data yang mendukung atau tidak mendukung dari hasil diagnosis. Penjelasan mengenai pemberian nasehat harus dipahami klien.

Tiga metode pemberian nasehat yang dapat digunakan oleh Konselor :
a.       Nasehat langsung (direct advising), dimana Konselor secara terbuka dan jelas menyatakan pendapatnya.
b.      Metode persuasif, dengna menunjukan pilihan yang pasti secara jelas.
c.       Metode penjelasan, yang merupakan metode ynag paling dikehendaki dan memuaskan. Konselor secara hati-hati dan perlahan-lahan menjelaskan data diagnostic dan menunjukan kemungkinan situasi yang menuntut penggunaan potensi konseli.
d.      Melaksanakan rencana, yaitu Konselor memberikan bantuan dalam menetapkan pilihan atau keputusan secara implementasinya.
e.       menunjukkan kepada petugas lain (alih tangan) bila dirasa Konselor tidak dapat mengatasi masalah klien.

G.    Asumsi Bermasalah

Individu yang tidak sehat atau bermasalah ditunjukkan pada tingkah lakunya dengan:
1.      Konsep diri negatif
2.      Hubungan dengan orang lain negatif
3.      Posisi dasar hidupnya I am OK you are not OK, atau I am not OK  you are OK dan I am not OK you are not OK.
4.      Kontaminasi atau eksklusi
                                                                      -            Kontaminasi merupakan pengaruh yang kuat dari salah satu sikap atau lebih terhadap seseorang sehingga orang itu “berkurang” keseimbangannya.
                                                                      -            Selain eklusi ada satu masalah fungsional yang sering dialami individu yakni kontaminasi yaitu dimana bercampurnya status ego yang satu dengan yang lainnya sehingga mengalami pencemaran
5.      Menolak konsep adanya sakit mental pada setiap manusia.Perilaku bermasalah hakekatnya terbentuk karena adanya rasa tidak bertanggung jawab terhadap keputusannya.
Contohnya:
Seorang yang tidak mampu menempatkan posisisnya dalam lingkungan masyarakat. Seperti seorang kakek yang sudah tua-tua keladi, yang mempunyai hasrat seperti para remaja, atau juga sering menggoda cewek-cewek yang cantik. Tanpa menyadari usianya yang sudah rentang tua, sedangkan dirinya mempunyai tanggung jawab lain. Yaitu menafkahi keluarganya dsb. Dan dia cenderung berperilaku selayaknya berkelakuan kenakalan remaja.


H.    Kelebihan Dan Keterbatasan

ü  Kelebihan
                                                                      -            Terminologi yang sangat sederhana dapat dipelajari dengan mudah di terapkan dengan segera dengan perilaku yang kompleks.
                                                                      -            Mendorong klien dalam hubungan di luar ruang utuk mengubah perilaku yang salah.
                                                                      -            perilaku klien ‘’ disini dan sekarang’’ merupakan cara untuk membawa perbaikan klien.
                                                                      -            penekanan pada masa kini dan lingkungan social. Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan awal mereka.
                                                                      -            Memberikan sumbangan pada konseling multikultural karena konseling diawali dengan larangan mengaitkan permasalahan pribadi dengan permasalahan keluarga dan larangan mementingkan diri sendiri.
                                                                      -            Integrasi antara konsep dan praktek analisis transaksional dengan konsep tertentu dari terapi gestalt amat berguna karena konselor bebas menggunakan prosedur dari pendekatan lain.
ü  Keterbatasan
                                                                      -            Terlalu meminimalkan pada masa lampau/masa kanak-kanak.
                                                                      -            Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam analisis transaksional cukup membingungkan.
                                                                      -            Penekanan Analisis Transaksional pada struktur merupakan aspek yang meresahkan.
                                                                      -            Konsep serta prosedurnya dipandang dari perspektif behavioral, tidak dapat di uji keilmiahannya.
                                                                      -            Konseli bisa mengenali semua benda tetapi mungkin tidak merasakan dan menghayati aspek diri mereka sendiri.

I.       Contoh Penerapan

1.      Teknik-teknik pendekatan ini bisa diterapkan pada hubungan orang tua-anak, belajar dikelas, pada konseling dan terapi individual serta kelompok dan pada konseling perkawinan.
2.      Dalam kegiatan kelompok orang- orang bisa dialami dalam suatu lingkungan yang alamiah, yang ditandai keterlibatan dengan orang-orang lain. Interaksi dengan kelompok lain memberikan mereka kesempatan yang amat luas untuk mempraktekan tugas dan memenuhi kontrak.
3.      Memecahkan suatu permasalahan melalui kegiatan kelompok akan membawa para anggota menghayati suatu titik dimana mereka membuat keputusan lebih awal yang beberapa diantaranya sudah tidak fungsional lagi dan mereka akan membuat keputusan baru yang sesuai. Sumbangan utamanya adalah perhatiaanya transaksi-transaksi berkenaan dengan fungsi perwakilan-perwakilan ego.(Menurut Gerald Corey, 1982: 394)

3 komentar: