Kamis, 16 Mei 2013

Identifikasi Masalah dalam BK


A.    Pengertian Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi oleh peserta didik. Salah salah satu cara untuk memudahkan seseorang mengungkapkan atau menyatakan identifikasi masalah dengan baik adalah dengan mengetahui secara jelas masalah yang dihadapi.
Tujuan Identifikasi Masalah antara lain :
a. Konselor dapat mengenal kepribadian  peserta didik yang dianggap mempunyai masalah secara luas dan mendalam.
b. Konselor dapat memahami dan menetapkan faktor-faktor penyebab permasalahan yang dihadapi peserta didik.
c. Konselor dapat menentukan jenis layanan yang tepat sesuai dengan permasalahan klien.
d. konseli dapat terbantu utuk memahami permasalahanya.
B.     Pengertian masalah dalam BK
            Masalah dalam bimbingan dan konseling adalah segala sesuatu yang menjadi kendala atau hambatan pada diri siswa yang harus dipecahkan dalam pencapaian dan terwujudnya suaatu tujuan bimbingan dan konseling.
 Tujuan bimbingan dan konseling secara umum itu sendiri antara lain:
1.      Terpecahnya suatu masalah yang menjadi hambatan bagi siswa
2.      Menjadikan pribadi yang mandiri pada diri siswa
3.      Mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri siswa
4.      Menambah wawasan

C.    Data yang dapat dikumpulkan dalam identifikasi masalah antara lain (http://misscounseling.blogspot.com/2011/03/himpunan-data-dalam-bk.html di unduh pada tanggal 05 Apr. 13) :
a.    Data pribadi
1)   Identitas pribadi : nama, gelar, tempat dan tanggal lahir, alamat, kewarganegaraan, agama
2)    Kondisi fisik dan kesehatan
3)   Potensi diri : kemampuan dasar, bakat, minat dan kecenderungan pribadi,     cita-cita
4)   Hasil karya
5)   Status dan kondisi keluarga
6)   Status dan kondisi pekerjaan atau karir
7)   Kondisi kehidupan sehari-hari dan permasalahannya
8)   Muatan data pribadi diatas ada yang bersifat statis (yaitu kenyataan atau kondisi yang relative tidak berubah) dan yang bersifat dinamis (yaitu kenyataan atau kondisi yang mudah berubah0. sifat data yang statis dan dinamis itu sangat mempengaruhi dinamika penyelenggaraan dan pengembangan HD. Data statis teru-menerus tetap dipertahankan, sedangkan data dinamis harus selalu disesuaikan dengan kondisi aktualnya.
b.    Data Kelompok
            Data kelompok, yaitu data yang mengenai sekelompok individu (dalam jumlah yang terbatas). Data ini menyangkut misalnya, hubungan sosial antar individu dalam kelompok, kondisi kebersamaan dan kerjasama mereka, hasil perhitungan statistik tentang diri mereka. Dari data kelompok, mungkin ada yang dapat dipetik sebagai data pribadi dan pindahkan ke kelompok data pribadi. Sebaliknya data pribadi yang sejalan dapat dikelompokkan dan diletakkan pada bagian data kelompok.

c.      Data Umum
            Data umum, yaitu data yang tidak mengenai diri seseorang dan tidak pula berkenaan dengan kelompok (terbatas) individu tertentu. Data umum berasal dari luar diri pribadi atau kelompok. Data ini berbicara tentang hal-hal yang bersifat umum, mengenai fakta atau keterangan tentang hal-hal yang bersifat umum, mengenai fakta atau keterangan tentang apa saja yang dapat diakses oleh siapa saja. Data umum ini dapat berbentuk buku, kumpulan leaflet, informasi karir dan pendidikan, data tentang lingkungan yang lebih luas. Bahan-bahan ensiklopedia, pedoman dan panduan umum atau khusus, sumber informasi dan latihan dan sebagainya.
D.    Jenis – jenis masalah yang dihadapi siswa
Macam-macam masalah ada 4, tetapi dalam makalah ini hanya membahas 2 masalah, antara lain:
1.      Masalah belajar
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilkukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
Memiliki ketidakmampuan belajar tidak berarti Anda tidak bisa belajar. But you'll need some help and you'll need to work extra hard. Tapi Anda akan membutuhkan bantuan dan Anda harus bekerja ekstra keras
a.       Faktor Internal
masalah yang timbul dari dalam diri siswa atau faktor-faktor internal yang ditimbulkan ketidak beresan siswa dalam belajar. Faktor internal berasal dari dalam diri anak itu sendiri, seperti:



1)                  Kesehatan
Dalam hal ini kesehatan sangat berpengaruh terhadap masalah belajar. Karena jika kesehatan itu buruk maka yang akan terjadi individu akan mengalami ketidak kosentrasian sangat belajar.
2)                  Rasa Nyaman
Kenyamanan saat melakukan sesuatu terlebih lagi belajar merupakan suatu keinginan bagi individu, karena dengan kenyamanan tersebut maka individu akan bisa tercapai tujuannya. Tetapi jika individu tidak nyaman maka akan terhambat tercapainya tujuan, ini terjadi individu merasa tidak nyaman baik terhadap lingkungan maupun pribadinya sendiri
3)                  Latar Belakang Sosial
Siswa yang berasal dari latar belakang orang tua yag baik-baik, maka dimungkinkan perilaku anak akan mengikuti apa yang telah diajarkan oleh orang tuanya, dan memungkinkan memiliki semua kebutuhan sekolah. Namun sebaliknya, siswa yang bersal dari latar belakang sosial yang rendah, biasanya memiliki perilaku yang kurang sopan dan menimbulkan masalah belajar, karena minimnya fasilitas yang tersedia. Namun itu semua hanya dilihat secara umum saja. Namun perilaku siswa sekarang ini lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang ada dimasyaraka sekarang ini..
4)                  Kebiasaan Belajar
Masalah belajar yang dialami siswa salah satunya adalah dikarenakan kebiasaan belajar yang salah, terkadang siswa belajar disaat ada ulangan semata atau ujian-ujian sekolah.
5)                  Motivasi
Motivasi sangat mempengaruhi dalam belajar siswa. Motivasi yang dapat menimbulkan masalah belajar adalah ketika motivasi siswa itu hanya bersifat sementara ( motivasi ekstern ). Misalnya, siswa giat belajar ketika ditemani teman dekatnya atau “pacar”. Namun ketika hubungan itu putus, biasanya siswa juga akan mengalami malas belajar.
6)                  Kemampuan Mengingat
Kemampuan megingat siswa sangat berpengaruh dalam masalah belajar, untuk itu, bagi siswa yang memiliki kemampuan mengingatnya minim, maka siswa itu akan sulit untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari gurunya.
b.       Faktor Eksternal
Faktor yang timbul dari luar diri siswa. Faktor Eksternal dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1)        Faktor Sosial
Faktor Sosial dibagi menjadi beberapa Lingkungan, yaitu :
Ø Lingkungan Keluarga
·   Keluarga
Dalam kegiatan belajar, seorang anak perlu diberi dorongan dan pengertian dari orang tua. Apabila anak sedang belajar, anak jangan diganggu dengan tugas rumah. Orang tua berkewajiban memberi pengertian dan dorongan serta semaksimal mungkin membantu dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi anak di sekolah. Didikan orang tua yang kurang baik akan berpengaruh tidak baik pula terhadap kondisi anak dalam kegiatan belajar.
·   Suasana Rumah
Hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis akan menimbulakan suasana kaku dan tegang dalam berkeluarga yang menyebabkan anak kurang bersemangat untuk belajar. Sedangkan suasana rumah yang akrab, menyenangkan dan penuh kasih sayang, akan memberikan dorongan belajar yang kuat bagi anak.
·   Latar belakang budaya
Tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam keluarga, akan mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Jadi, anak-anak hendaknya ditanamkan kebiasaan yang baik agar mendorong anak untuk belajar.
Ø Lingkungan Masyarakat
·   Teman Bergaul
Pergaulan dan teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam membentuk kepribadian dan melatih anak untuk lebih bersosialisai. Sedangkan tugas orang tua harus memperhatikan agar anak-anaknya jangan sampai mendapat teman bergaul yang memiliki tingkah laku yang tidak diharapkan. Karena prilaku yang tidak baik, akan mudah sekali menular kepada anak lain.
·   Pola Hidup Lingkungan
Pola hidup tetangga yang berada di sekitar rumah di mana anak itu berada, punya pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika anak berada di kondisi masyarakat kumuh yang serba kekurangan, dan anak-anak pengangguran misalnya, akan sangat mempengaruhi kondisi belajar anak, karena ia akan mengalami kesulitan ketika memerlukan teman belajar untuk berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar.
·   Kegiatan dalam masyarakat
Kegiatan dalam masyarakat dapat berupa karang taruna, menari, olah raga, dan lain sebagainya. Bila kegiatan tersebut dilakukan secara berlebihan, tentu akan menghambat kegiatan belajar. Jadi, orang tua perlu memperhatikan kegiatan anak-anaknya.
2)        Faktor Non Sosial
Ø Sarana Belajar
Sarana belajar di sekolah, juga akan mempengaruhi kondisi belajar siswa. Perpustakaan yang tidak lengkap, papan tulis yang sudah buram, laboratorium yang darurat atau tidak lengkap, tempat praktikum yang tidak memenuhi syarat, tentu akan mempengaruhi kualitas belajar, dan pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Adakalanya juga, sarana yang sudah begitu lengkap tidak disertai dengan sistem pelayanan yang ramah. Contohnya, pegawai perpustakaan yang cenderung tidak ramah, dan tidak membantu, peraturan-peraturan yang tidak memberikan layanan yang jelas terhadap pemakai sarana, sikap arogan petugas menganggap bahwa pusat-pusat layanan itu adalah miliknya karena ia merasa mempunyai otoritas.
Ø Cuaca
Hal ini dapat berupa keadaan cuaca yag tidak mendukung anak untuk melangsungkan proses belajar mengajar. Kalaupun berlangsung, tentu kondisi belajar siswa akan kurang optimal. Misalnya cuaca yang sangat panas, biasanya anak merasa tidak nyaman belajar dalam keadaan yang panas.
Ø Keadaan Rumah
Kondisi rumah yang sempit, kotor, berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum untuk anak, jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa. Karena pasti dalam diri anak akan timbul rasa malas, tidak nyaman, dan kadang berisik dengan keadaan perkampungan yang begitu padat dengan orang.
2.      Masalah Sosial
Masalah sosial adalah hambatan –hambatan yang di hadapi siswa dengan lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitarnya.  Masalah ini timbul karena kurangnya kemampuan siswa dalam bersosialisai atau menyesuaikan diri  dengan lingkungannya.  Misalnya, kesulitan dalam mencari teman bermain, merasa terasingi didalam kelompok belajar dan sebagainya.
Ø Masalah sosial dapat dikatagorikan menjadi 4 faktor yaitu :
a.    Faktor Ekonomi
Faktor ini biasanya dialami oleh siswa yang mengalami masalah ekonomi, contohnya kemiskinan. Dalam hal ini siswa akan merasa minder untuk bergaul dengan teman sebaya, hal ini bisa menjadi masalah bagi siswa tersebut untuk bersosialisasi dalam lingkungan pergaulan.
b.     Faktor  Budaya
Budaya merupakan cara hidup yang berkembang dalam masayarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi seterusnya. Dalam perkembangan zaman yang serba maju ini banyak budaya luar yang masuk dan menggantikan kebudayaan lama. Contohnya budaya kebebasan dari luar menggantikan budaya kesopanan. Akibatnya banyak kasus kenakalan remaja yang meningkat akhir-akhir ini.
c.      Faktor Biologis
Dalam faktor ini siswa akan merasa minder atau dijauhi teman – temannya dikarenakan memiliki masalah yang diderita, misalkan mempunyai penyakit menular.
d.     Faktor Psikologis
Dalam faktor ini siswa akan dijauhi oleh teman dilingkungannya dikarenakan siswa tersebut memiliki masalah gangguan mental yang membuat temanlingkunganya merasa takut untuk berteman. Gangguan metal tersebut misalnya stres, gangguan syaraf, atau dianngap memiliki kepercayaan yang menyesatkan.
Ø Menurut Stark (1975) membagi masalah sosial menjadi 3 macam yaitu:
a.       Konflik dan kesenjangan
Seperti : kemiskinan, kesenjangan, konflik antar kelompok, pelecehan seksual dan masalah lingkungan.
b.       Perilaku Penyimpangan
Seperti : kecanduan obat terlarang, gangguan mental, kejahatan, kenakalan remaja dan kekerasan pergaulan.
c.       Perkembangan manusia
Seperti : masalah keluarga, usia lanjut, kependudukan (seperti urbanisasi) dan kesehatan seksual.



E.     Strategi Pendekatan Dalam Konseling
a.    Strategi pendekatan yang digunakan dalam masalah belajar:
1.     Pendekatan Individual
Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung yang dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya dalam masalah kesulitan belajar.
Pembelajaran individual merupakan salah satu cara guru untuk membantu siswa membelajarkan siswa, membantu merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan daya dukung yang dimiliki siswa.
Pendekatan individual akan melibatkan hubungan yang terbuka antara guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa dalam belajar.
Untuk mencapai hal itu, guru harus melakukan hal berikut ini;
a)    mendengarkan secara simpati dan menanggapi secara positif pikiran anak didik dan membuat hubungan saling percaya.
b)   membantu anak didik dengan pendekatn verbal dan non-verbal.
c)     membantu anak didik tanpa harus mendominasi atau mengambil alih tugas.
d)   menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima perbedaannya dengan penuh perhatian.
e)    menanggani anak didik dengan memberi rasa aman, penuh pengertian, bantuan, dan mungkin memberi beberapa alternatif pemecahan.
Ø Keuntungan dari pengajaran pendekatan individual yaitu:
a)       mencegah terjadinya ilusi dalam kemajuan tetapi bersifat nyata melalui diskusi kelompok,
b)      mengarahkan perhatian siswa terhadap hasil belajar perorangan,
c)       memberi peluang siswa untuk maju secara optimal dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya,
d)     menumbuhkan hubungan pribadi yang menyenangkan antara siswa dan guru,
e)      memberi kesempatan bagi para siswa yang pandai untuk melatih inisiatif berbuat yang lebih baik, dengan jalan membantu temannya yang tergolong lamban dalan memecahkan soal-soal yang dianggapnya sulit.
Ø Sedangkan kelemahan pembelajaran pendekatan individual sebagai berikut
a)      proses pembelajaran relative memakan banyak waktu sesuai dengan jumlah bahan yang dihadapi dan jumlah peserta didik.
b)      Adanya penggunaan pasangan guru dan siswa dalam manajemen kelas regular secara perorangan, sehingga terjadi kemungkinan sebagaian peserta didik tidak dapat dikelola dengan baik.
c)       Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami hambatan untuk menyelenggarakan pendekatan ini karena menuntut kesabaran dan penguasaan materi secara lebih luas dan menyeluruh(


2.    Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916, yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa. Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dikembangkan oleh The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu :
a)      Mengaitkan, adalah strategi yang digunakan seoramg guru untuk mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
b)      Mengalami, merupakan menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahui sebelumnya.
c)      Menerapkan, menerapkan suatu konsep ketika malakukan kegiatan pemecahan masalah.
d)     Kerjasama, dengan kerja kelompok, siswa sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan.
e)      Mentransfer, guru berperan sebagai acuan untuk membuat konseli dapat belajar dengan fokus.



b.    Strategi pendekatan yang digunakan dalam masalah sosial
1.         Pendekatan Rational Emotif
Terapi emosi rasional dikembangkan oleh Albert Ellis di pertengahan 1950-an. 
Terapi emosi rasional (RET) adalah pendekatan psikoterapi yang menyatakan bahwa keyakinan yang tidak realistis dan tidak rasional menyebabkan banyak masalah emosional 
.
Ø    Ciri-ciri berpikir irasional :
a)      tidak dapat dibuktikan
b)      menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu
c)       menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif
Ø    Tujuan pendekatan Rasional Emotif
Fokus utama dari pendekatan pengobatan ini adalah untuk menunjukkan perubahan dalam berpikir yang akan menyebabkan perubahan perilaku, dengan demikian mengurangi atau memperbaiki gejala.Terapi menekankan perubahan pola berpikir irasional yang menyebabkan penderitaan emosional ke dalam pikiran yang lebih masuk akal dan rasional, menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, dan rasa marah
           Dengan pendekatan ini diharapkan peserta didik bisa berpikir rasional dalam bertingkahlaku di dalam lingkungan masyarakat.
2.         Pendekatan Humanistik
Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan.
Teori Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia / individu. Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Ø  Menurut Ahmad Sudrajat, konsep dasar pendekatan Humanistik terdiri dari tiga aspek yaitu :
1.        Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang ia kerjakan dan yang tidak ia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan. Setiap orang bertanggung jawab atas segala tindakannya.
2.         Manusia tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh karena itu manusia mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menuju aktualisasi diri.
3.        Setiap orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas merupakan fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentuk self expression.
Teori Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia / individu. Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Jadi untuk masalah sosial sangat cocok dengan menggunakan pendekatan humanistik, karena manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya, agar diterima di lingkungan masyarakat.




F.      Contoh kasus
1.      Sebut saja Bunga ( bukan nama sebenarnya ) berasal dsri kalangan keluarga yang tidak mampu dan berasal dari desa, namun karena Bunga merupakan anak yang tergolong cerdas, sehingga ia mampu melanjutkan ke sekolah menengah atas yang terbilang favorit  dengan bantuan beasiswa dari sekolah. Semula Bunga merasa bangga karena ia menganggap anak desa seperti saya dapat melanjutkan studinya kesekolah yang favorit. Namun di lain fihak, Bunga merasa minder dengan teman-temanya yang sebagian besar berasal dari kalangan keluarga kaya, dengan pola pergaulan yang berbeda dengan dirinya. Hingga akhirnya ia menganggap bahwa orang kaya adalah orang tergolong egois, sombong, kurang bersahabat, dan sukanya pilih-pilih teman. Semaki lama pemikiran tersebut semakin mengakar, hingga akirnya ia merasa ditolak dalam teman pergaulannya, merasa kesepian, dan merasa terisolir. Semakin hari nilai Bunga pun semakin turun.
Dari contoh kasus diatas, merupakan permasalahan sosial yang dapat ditangani melalui pendekatan Rational Emotif. Karena Bunga memiliki pandangan-pandangan irasional yang menganggap semua orang kaya sombong. Jelas pemikiran tersebut salah, karena sebenarnya tidak semua orang kaya sombong.
2.      Anton adalah seorang anak yang memiliki kecerdasan kurang dibanding dengan teman-temannya yang lain. Ia tergolong anak yang lamban, ketika guru menjelaskan ia memang memperhatikan, namun pada akhirnya ia merasa tidak mudeng/nyambung dengan apa yang diterangkan guru. Padahal rata-rata temannya memahami apa yang diajarkan guru tersebut. Pada jam pulang ia meminta waktu kepada temannya untuk sekadar menerangkan kembali apa yang telah diterangkan oleh gurunya tadi. Setelah diterangakan melalui berbagai contoh, pengertian, dan penjelasan-penjelasan lainnya dari teman, ia baru memahami apa yang diajarkan oleh gurunya tadi.
Masalah yang dialami Anton adalah masalah yang berhubungan dengan masalah belajar. Tugas seorang guru adalah dengan membantunya agar keluar dari masalah tersebut. Teman Anton mungkin 1 sampai 2 hari mau membantunya, namun lama-kelamaan ia merasa terganggu dengan Anton, karena ia sering telat pulang.
Disini tugas seorang guru Bk di bantu wali kelas, dan guru mapel melakukan pendekatan individu, agar siswa secara langsung dan intensif mendapatkan penanganan.  
3.      Tawuran remaja merupakan contoh masalah sosial yang dapat ditangani melalui pendekatan humanistik. Karena bagaimanapun meraka harus bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. Dan mengembalikan kepribadian mereka yang cinta pada sesama dan cinta damai.

4 komentar:

  1. kalo anak yang masih kurang cara belajarnya dan malas belajar dan tidak mngerjakan pr itu masuk ke masalah belajar ya???
    kalo di gabungkan dengan dasar teori seperti apa ya?

    BalasHapus